Thursday, September 9, 2010

Apakah Kebenaran Sejati adalah Fatamorgana...?



Kiriman dari Saudara di Forum Budha Indonesia
Apakah KEBENARAN SEJATI = KEBENARAN SEMU ??? Pada zaman dahulu

ada seorang pedagang yang mempunyai seorang istri jelita dan seorang anak laki–laki yang sangat dicintainya. Suatu hari istrinya jatuh sakit dan tidak berapa lama kmudian meninggal. Betapa pedihnya hati pria tersebut. Sepeninggal istrinya, dia mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya kepada anak laki–laki semata wayangnya. Suatu ketika pedagang tersebut pergi ke luar kota untuk berdagang; anaknya ditinggal di rumah. Sekawanan bandit datang merampok desa tempat tinggal mereka. Para penjarah ini merampok habis harta benda, membakar rumah–rumah dan bahkan menghabisi hidup penduduk yang mencoba melawan; rumah sang pedagang pun tidak luput dari sasaran. Mereka bahkan menculik anak laki – laki sang pedagang untuk dijadikan budak. Betapa terperanjatnya sang pedagang ketika dia pulang dan mendapati rumahnya sudah jadi tumpukan arang. Dengan gundah hati, dia mencari–cari anak tunggalnya yang hilang. Dia menjadi frustrasi ketika mendapati banyak tetangganya yang terbantai dan mati terbakar. Di tengah kepedihan dan keputusasaan, dia menemukan seonggok belulang dan abu di sekitar rumahnya, di dekat tumpukan abu itu tergolek boneka kayu kesayangan anaknya. Yakinlah sudah dia bahwa itu adalah abu jasad anaknya. Meledaklah raung tangisnya. Dia menggelepar–gelepar di tanah sembari meraupi abu jasad itu ke wajahnya. Satu-satunya sumber kebahagiaan hidupnya telah terenggut. Semenjak itu, pria tersebut selalu membawa – bawa abu anaknya dalam sebuah tas. Sampai setahun setelah itu, dia suka mengucilkan diri, tenggelam dalam tangis sampai berjam–jam lamanya; kadang orang melihat dia tertawa sendiri, mungkin kala itu dia teringat masa–masa bahagia bersama keluarganya. Dia terus larut dalam kesedihan tidak terperikan. Musim berlalu. Sang anak akhirnya berhasil meloloskan diri dari cengkeraman para penculiknya. Dia bergegas pulang ke kampung halamannya. Sesampai di kediaman ayahnya, dia mengetuk pintu rumah sembari berteriak senang, "Ayah, ini aku pulang !!" Sang ayah yang waktu itu lagi tertidur di ranjangnya, terbangun mendengar suara itu. Dia berpikir, "Ini pasti ulah anak–anak nakal yang suka meledekku itu! Pergi! Jangan main–main!" Mendengar sahutan itu, sang anak kembali berteriak, "Ayah! Ini aku, anakmu !" Dari dalam rumah terdengar lagi, "Jangan ganggu aku terus ! Pergi kamu !" Sang anak menggedor pintu dan berteriak lebih lantang, "Buka pintu ayah ! Ini betul anakmu !" Mereka saling bersahutan. Sang ayah terus bersikeras tidak membuka pintu. Sang anak pun akhirnya putus asa dan berlalu dari rumah itu.

PESAN YANG INGIN DISAMPAIKAN : Sebagian orang begitu erat memegang apa yang mereka ANGGAP sebagai kebenaran. Ketika Kebenaran Sejati betul–betul datang, belum tentu mereka membuka "pintu hati" mereka..
Semoga Bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.