Sunday, June 13, 2010

Agus panglima si pekerja kerasss & prinsip kebaikan





Kisah yang menarik dimana seorang pemuda tetap mempertahankan prinsip nya menjadi orang baik dan harapan agus yang berada di jawa tengah kota demak bersama neneknya & agus sekolah MTS di sana . Kehidupannya mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya dari orang tuanya.
Image and video hosting by TinyPic
Entah bagaimana, sudah 2 bulan orang tua yang kerja di jakarta tidak mengirimi uang ke agus lagi. Di kantong agus hanya tersisa Rp1000ribu saja. agus dengan pikiran yang memikirkan pembayaran sekolah belum terbayar sambil berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya yaitu satu keping uang logam itu ke dalam telepon. "Halo, apa kabar," telpon telah tersambung, Bapaknya agus yang berada ribuan km jauhnya berbicara. agus dengan nada agak terisak berkata: "pak, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung pembayaran sekolah."
Bapak agus berkata: "Anak tersayang, Bapak tahu."


"Sudah tahu kenapa masih tidak mengirim uang?" agus baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang Bapak, mendadak merasakan perkataan Bapaknya mengandung sebuah kesedihan yang mendalam. Firasat agus mengatakan ada yang tidak beres, ia cepat-cepat
bertanya: "Bapaknya, apa yang telah terjadi di rumah?"
Bapak agus berkata: "Anakku, ibumu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini, tidak saja telah meludeskan seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya, sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus. Oleh karena itu, sudah 2 bulan ini tidak mengirimimu uang lagi, Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu, tetapi kamu sudah dewasa, sudah saatnya mencari nafkah sendiri."

Bapak agus berbicara sampai disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan. Di ujung telepon lainnya, air mata agus juga "tes, tes" tak hentinya menetes, dan ia berpikir : "Kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung kejakarta tempat orang tuanya bekerja di sana"

Agus berkata kepada bapaknya: "bapaknya, kamu jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan menghidupi keperluanmu gusss."

Kenyataan yang pahit telah membuat Agus terpukul hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi, ujian sekolah kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang, barang Rp80.000 atau Rp100.000 saja, maka Agus mampu bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan untuk bekerja
menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop out.

Pada detik ketika Agus mengatakan "Sampai jumpa" kepada Bapaknya dan meletakkan gagang telpon itu, sungguh luar biasa menyakitkan, karena prestasi Sekolahnya sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di sekolahnya tersebut. Sesudah meletakkan gagang telpon, pesawat telpon umum tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, Agus dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping receh menggerojok keluar dari alat itu.

Agus berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut. Sekarang, terhadap uang-uang itu, bagaimana menyikapinya? Hati Agus masih merasa sangsi, diambil untuk diri sendiri, 100% boleh,
pertama : karena tidak ada yang tahu, ke dua : dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan.

Namun setelah bolak-balik dipertimbangkan, Agus merasa tidak patut memilikinya. Setelah melalui sebuah pertarungan konflik batin&si akal (pikiran) yang hebat, Agus memasukkan salah satu keping receh itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum perusahaan telepon.

Mendengar penuturan Agus, nona pelayanan umum berkata: "Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu harus segera dikembalikan (ke dalam mesin telepon)"

Setelah menutup telepon, Agus hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus memuntahkannya kembali.

Sekali lagi Agus menelepon, dan pelayanan umum yang berkata: "Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya sekarang minta petunjuk atasan." Nona pelayanan umum sangat dapat merasakan nada bicara Agus yang sendirian dan tiada yang menolong.. Suaranya memancarkan getaran kesepian dan kuyu, menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan seorang asing yang bermoral baik
sedang perlu dibantu.

Tak lama kemudian, nona pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang sedang bermasalah itu. Dia berkata kepada Agus: "Saya telah memperoleh ijin dari atasan yang berkata uang tersebut untuk anda, karena perusahaan kami saat ini tidak punya cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar
khusus mengirim petugas ke sana ."

Agus meloncat saking gembiranya. Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya. Agus membungkukkan badannya dan dengan seksama menghitungnya, total berjumlah Rp150.000 . Uang sejumlah ini cukup buat Agus bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke Sekolah, Agus tersenyum terus sepanjang jalan. Ia memutuskan membeli makanan dengan menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.

Dalam sekejap liburan telah tiba, Agus telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola sebagai OB & Clening Servis. Pada hari tersebut, Agus menjumpai Wakildirut perusahaan Bank artha graha, menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan. Si boss Wakildirut Bank artha graha memberitahu Agus boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan
saja, sewaktu Sekolah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung, karena Wakildirut merasa Agus adalah orang yang tulus dan jujur, terutama adalah orang yang seksama, membenahi ruangan kantorku & rumah Wakildirut mutlak bisa dipercaya. Agus bekerja dengan sangat giat, boss sangat mengapresiasinya dan juga merasa kasihan. Si boss memberinya upah dobel.

Sesudah menerima gaji, Agus mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea siswa untuk satu semester berikutnya. Sesudah 1 bulan, uang dikirim balik ke Agus. Sang ibu menulis di dalam suratnya: "Ibunya yang mw melahirkan sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan."

Sesudah membaca surat itu, Agus menangis lagi. Agus tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada Agus yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, Agus berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.

Setahun kemudian, Agus dengan lancar menyelesaikan Sekolahnya. Setelah lulus, Agus bekerja tetap sebuah di tempat Wakil dirut Bank Artha graha pusat/sudirman Jakarta pusat, tahun pertama, Agus sudah mengantongi laba Rp 2 juta .

Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian dia ikut dengan Wakildirut Bank artha graha walau hanya sebagai clening servis/OB. Ia menulis surat kepada Bank artha graha tersebut: "Hal yang tak bisa saya lupakan untuk selamanya ialah, Tenaga anda secara tak terduga telah membantu kelancaran kerja Wakil dirut bank artha graha / ibu heny nangoi bekerja di kantor maupun di rumahnya. Perbuatan kerja keras ini, telah membuat saya batal menjadi
Agus drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi saya energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat tidak melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak Tenaga dengan cara melayani keluarganya Wakil dirut bu heny nangoi di kantornya maupun saat di rumahnya juga, sebagai rasa terima kasih saya."

Wakil dirut Bank artha graha yang bernama Bu heny nangoi membalasnya dengan surat yang dipenuhi antusiasme : "Selamat atas kerja kerasan anda dan berusaha melayani dengan baik kapan pun siang malam anda siap bila saya perlu bantuan pekerjaan. Kami kira, Kerja keras tersebut adalah kerja keraas yang paling patut kami banggakan. Ini bukannya merujuk pada kerja keras yang dikembalikan dengan pengabdian yang tak terbilang nilainya,
melainkan kerja keras itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan."

So, di saat-saat paling sulit,

Pertama : “Tetap optimis menghadapi masalah.”

Kedua : “Jangan melupakan harapan yang pernah diberikan oleh orang lain”.

Ketiga : “Jangan lupa menjaga moralitas.”

Setelah 3 tahun telah berlalu, bagaimana dengan Agus ?
Dia keluar dari peker jaaannya dan merantau ke kota di bandar lampung sumatra , terdapat sebuah yayasan mewah (YASKUM) kemiling , yang tampak luarnya menyerupai sebuah Rumah umum biasa , itu adalah Yayasan Kharisma Usada Mustika.ternyata admin yaysan itu Agus skaligus dia blajar tetang pembuatan blog/webset dgn teman kenalannnya di yayasan tersebut, Pemimpin yayasan itu sangat mempercayainya , selain itu juga Agus adalah salah satu penyumbang terbesar tenaga & penyemangat anak-anak yang ada di yayasan tersebut untuk taat dalam beragama & bekerja keras untuk hidup menjadi lebih baik dalam bermasyarakat .


Salam

catatan dari agus sang panglima dari sebrang /email : agustea@asia.com

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.